Pengalaman Masa Kecil Generasiku yang Dekat dengan Alam

Cerita tentang pengalaman masa kecil merupakan hal yang sangat menyenangkan, di mana masa itu belum mengenal susahnya mencari uang dan stres ketika banyak pikiran. Kerjaannya cuma main, makan, belajar, dan tidur. Jika aku disuruh kembali ke masa kecil lagi. pasti  mau, hehe….

Namun kenyataannya, hidup tidak semuanya bisa seperti apa yang kita inginkan, itu sudah menjadi ketetapan Tuhan. Yang aku rasakan dari waktu ke waktu hidup itu belajar,  semakin usia bertambah semakin tahu tentang kehidupan.

Makanya banyak yang mengatakan menghargai orang yang lebih tua itu wajib, karena mereka yang lebih tua pasti pengetahuan tentang kehidupan sudah lebih banyak.

pexels.com

Kembali lagi ke tema pengalaman masa kecil, boleh dibilang aku itu generasi tahun 90-an, karena aku lahir di tahun 1993, jika aku boleh berpendapat, itu generasi terakhir anak-anak belum mengenal teknologi canggih, masih ikut generasi tempo dahulu. hehe….

Kenapa? Karena jika aku perhatikan anak-anak yang lahir pada abad ke-20 ke atas, belum berusia remaja bahkan ada yang baru 5 tahun sudah pada memakai handphone, mainnya juga dengan teknologi dan dunia internet.

Ya… kembali lagi, itu sudah merupakan ketetapan Tuhan. banyak kata-kata bijak yang menjelaskan tentang dunia masa depan, bahwasannya dunia itu, seiring berjalannya waktu akan menuju kehancuran, kalau aku sih… percaya.

Ya… bagi mereka yang menjalankan hal itu, mungkin itu baik dan menyenangkan. tapi… kalau aku yang merasa bukan generasi abad ke-20, itu merupakan hal yang kurang baik, karena menurutku mengoperasikan handphone dan bermain di dunia internet itu ada tujuan dasarnya.

Sedangkan kalau anak-anak pasti kebanyakan menggunakan itu untuk bermain dan mencari hiburan, dan akan lebih cenderung ke hal yang negatif.

Kalau aku, sebelum usia remaja kegiatanku lebih banyak bergelut dengan dunia petualangan. Ya… masa kecilku lebih banyak bermain dengan alam. Seperti naik bukit, gunung, bermain di sungai, mencari ikan, kepiting, dan udang.  Pokoknya aku tuh kaya anak pedalaman. hehe….

Pengalaman Masa Kecilku Bermain di Bukit Cimelong

pexels.com

Bukit Cimelong merupakan salah satu bukit yang terletak di Desaku. Pengalaman masa kecilku, bukit ini cukup favorit di tempatku, karena jaraknya yang ngga terlalu jauh, dan banyak yang dituju. Pengalamanku pertama kali naik ke bukit ini, masih terkenang hingga sekarang.

Waktu itu aku masih berusia 10 tahunan. Aku berdua dengan saudaraku berniat untuk naik ke Bukit Cimelong, dengan tujuan menyusul orang tua yang sedang memanen kacang kulit. Sebelumnya aku dan saudaraku belum pernah naik ke bukit tersebut.

Sebenarnya kami berdua belum dapat izin untuk naik ke bukit tersebut, karena perjalanannya yang berat dan penuh rintangan. Bagaimana tidak, untuk mencapai puncak bukit harus melewati jalan yang nanjak dan terjal, menyebrangi sungai, jauh dari rumah penduduk, dan jalannya pun tidak satu arah.

Tersesat Karena Salah Ambil Jalur di Perempatan

pexels.com

Masih cerita pengalaman masa kecilku pertama naik Bukit Cimelong. Kejadian ini terjadi setelah aku dan saudaraku menempuh jarak sepertiga perjalanan ke bukit tersebut. Saat itu kami berdua bertemu dengan perempatan terakhir untuk arah sampai bukit tersebut.

Waktu itu seharusnya mengambil lurus, namun karena kecerobohan kami berdua yang belum tahu jalan. Kami berdua belok ke kiri, karena bukit itu sudah terlihat di sebelah kiri atau searah dengan jalan yang ke kiri tadi, maklum di hutan tidak ada plang penunjuk jalan. hehe….

Ternyata setelah ditelusuri itu bukan jalan untuk sampai ke puncak Bukit Cimelong, karena terpotong jurang yang cukup dalam. Waktu itu kami berdua sangat ketakutan akan tersesat, karena jika ambil jalan pulang masih belum hafal jalannya.

Tapi mau gimana lagi, dari pada tidak sampai tujuan dan tersesat, karena belum tahu jalannya, aku sama saudaraku bernekat menerjang rintangan tersebut.

Akhirnya kami pun sampai juga ke tempat tujuan, meskipun dengan perjalanan yang cukup menakutkan. Setelah sampai, kami langsung ketemu sama orang tua dan saudara-saudara yang terlebih dahulu di bukit tersebut.

 Setelah menemui orang tua, kami berdua istirahat sebentar di gubuk kecil sambil menikmati semilir angin, sebelum membantu mamanen kacang kulit.

Akhirnya Kena Marah Juga

pexels.com

Tadinya, aku dan saudaraku berniat untuk menyembunyikan tentang salah ambil jalan tadi, karena kalau ketahuan pasti akan dimarahi. Tidak lama ketika sedang istirahat, paman mendekat dan ternyata sudah tahu kalau aku dan saudaraku tadi habis kebingungan dijalan, maklum paman aku yang ini sudah menguasai semua jalan menuju puncak bukit tersebut.

Akhirnya, kami di tegur keras supaya tidak nekad dalam hal yang belum tahu, apa lagi tidak ada media untuk bertanya seperti jalan menuju ke puncak Bukit Cimelong. Ya… aku paham, paman begitu karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan.

Bukit Cimelong Tempat Aku dan Teman-teman Bermain

pexels.com

Generasi di kampungku yang seumuran denganku dulu masih suka bermain ke kebun, Sungai, bukit, atau bahasa kerennya ngebolang. hehe…. Salah satunya Bukit Cimelong yang sering kami kunjungi, meskipun cukup jauh dan menantang perjalanannya, tapi tak mematahkan semangat aku dan teman-teman.

Apa lagi ketika musim hujan, anak-anak di kampungku suka mencari jangkrik, dan Bukit Cimelong merupakan salah satu tempat persembunyian para Jangkrik-jangkrik, nama jangkriknya kalau di kampungku Jangkrik Sungu. Ciri-cirinya ada garis kuning di punggung lehernya.

Mungkin di setiap daerah namanya berbeda-beda, jangkrik itu sangat susah dicari di kampungku, kecuali kalau di bukit-bukit masih cukup banyak. Hampir setiap liburan atau Hari Ahad, aku dan teman-teman pasti banyak yang rela menempuh jalan yang menantang demi mendapat seekor jangkrik.

Pengalaman Masa Kecilku, Mandi di Sungai Tengah Hutan

pexels.com

Ini hal yang biasa aku dan teman-teman lakukan ketika perjalanan pulang, karena di tengah perjalanan ke bukit terbentang sungai tak berjembatan. Sungainya kecil, tapi… kalau lagi musim hujan, bisa meluap dengan arus kencang, kalau lagi meluap, aku dan teman-teman ngga berani untuk menyebrangi sungai tersebut, apa lagi mandi di sungai tersebut.

Tapi, kalau lagi ngga meluap, airnya tenang dan jernih sangat cocok untuk berendam. Makanya tak jarang ketika perjalanan pulang dari bukit tersebut, aku dan teman-teman sering mampir berendam sambil melepas rasa lelah. Pokoknya hidupku bersahabat dengan alam.

Membuat Rumah Jangkrik

pexels.com

Ini kebiasaan kami setelah mendapatkan jangkrik. Biasanya, jika dapat Jangkrik, ketika sampai di rumah langsung membuat rumah untuk Jangkrik tersebut.

Caranya cukup mudah, yaitu dengan bambu atau kayu yang sudah kering, lalu di belah tipis-tipis dan di bagian yang bersudut tajam, ditumpulkan dan dihaluskan. Setelah itu dirangkai atau disusun berbentuk persegi empat, lalu diikat dengan karet gelang.

Satu persegi empat biasanya di bagi beberapa petak, tergantung Jangkrik yang didapatnya, satu petak buat satu jangkrik biar keliatan jangkriknya bagian penutup atas menggunakan kaca yang bening. Habis itu biasanya aku dan teman-teman berkumpul untuk memamerkan keindahan jangkrik yang didapatnya.

Demikian, sebagian pengalaman masa kecilku yang cukup dekat dengan alam, yang mungkin tidak ada di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini, pengalaman masa kecilku masih banyak lagi, dengan berbagai tema yang menarik, kita sambung next time.

 

Leave a Reply