Pengalaman pertama kerja di Rumah Makan Seruni Jakarta. Sengaja aku sebutkan nama rumah makannya supaya aku tidak lupa dengan pengalaman pertama kerjaku. Karena di situlah awal aku lebih mengenal dunia.
Kerja merupakan kewajiban bagi setiap orang yang sudah tumbuh dewasa dan mandiri. Menurutku, kerja juga merupakan faktor pendukung kelangsungan hidup seseorang. Karena, tanpa kerja seseorang tidak mungkin punya penghasilan atau pemasukan untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidupnya.
Namun, bukan berarti kerja adalah segala-galanya. Karena, seseorang pasti butuh kebahagiaan dalam hidupnya, dan tidak mungkin hanya dengan kerja seseorang sudah mendapatkan kebahagiaan. Kerja hanyalah salah satu faktor dari banyak faktor penunjang kebahagiaan.
Itulah pelajaran hidup yang aku dapatkan dari pengalaman selama aku kerja dulu. Ya… Setidaknya, aku jadi tahu banyak hal tentang kehidupan sebenarnya.
Pengalaman Pertama Kerja di Rumah Makan Seruni
Waktu itu, aku masih berumur-15 tahun. Tepatnya, setelah kelulusan sekolah menengah pertama (SMP). Aku tidak langsung melanjutkan sekolah ke tingkat berikutnya. Ya… Dikarenakan ada faktor yang tidak mendukung. Waktu itu ada teman yang mengajakku untuk kerja di Jakarta. Jadi, setelah lulus SMP dari pada bingung mau ngapain, aku ikut ajakan temanku kerja di Jakarta.
Sebenarnya, orang tua belum mengizinkan aku kerja, apa lagi sampai merantau. Namun, karena aku memaksa, akhirnya orang tua mengizinkan. Setelah mendapat izin, beberapa hari kemudian aku berangkat ke Jakarta bersama temanku.
Singkat cerita aku sampai di lokasi, yaitu di Rumah Makan Seruni. Hari demi hari terus berjalan, aku pun sudah mulai sibuk dengan aktivitas kerjaku. Hari pertama, aku bener-bener merasakan bagaimana capenya orang kerja.
Apa lagi waktu itu karyawan di rumah makan tersebut masih sedikit. Jadinya, hampir semua bagian pekerjaan di lakukan sendiri. Dari melayani tamu, mengantar pesanan, mencuci piring dan membersihkan meja.
Senangnya Ketika Pertama Kali Menerima Upah Kerja
Setelah seminggu sibuk dengan aktivitas kerja, akhirnya semua rasa cape terbayar juga. Di tempat pertamaku kerja dulu, upah kerjanya dibayarkan setiap seminggu sekali. Rasanya senang sekali, saat menerima upah kerja tersebut. Karena itu merupakan upah kerja pertamaku.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, tapi itu adalah uang hasil keringat sendiri. Waktu itu, uangnya tidak langsung aku pakai. Aku kumpulin sampai sekitar satu bulan, baru aku pakai untuk beli keperluan. Di tempat tersebut upah kerjaku utuh. Karena, makan dan tempat tidur sudah disediakan dari rumah makan tersebut. Jadi lebih mudah untuk mengumpulkan upah mingguan tersebut.
Tapi, keadaan berubah setelah aku mengenal lingkungan sekitar rumah makan, dengan seketika aku menjadi orang yang boros. Karena, hampir setiap hari ketika selesai kerja, aku nongkrong di warung kecil yang bertempat tidak jauh dari tempat kerjaku.
Hingga aku menyadari kalau terus-terusan seperti itu, uangku pasti tidak bisa terkumpul. Aku pun mulai berusaha untuk mengurangi hal tersebut. Hari demi hari, namun rasanya berat untuk ngurangin hal tersebut, karena selama ada uang di dompetku, jajan tidak bisa terbendungkan.
Akhirnya, aku pun berpikir keras. Bagaimana caranya agar uangku bisa terkumpul tapi tidak di dompetku. Hingga akhirnya aku mengambil keputusan untuk minta tolong kepada pemilik rumah makan tersebut. Agar, upah mingguanku diganti menjadi bulanan, dan alhamdulillah disetujui.
Tukang Parkir
Waktu demi waktu aku semakin mengenal orang-orang di sekitar lingkungan tempat kerjaku. Yang masih melekat diingatanku adalah seseorang yang sangat baik. Namanya Bapak Sajam, beliau seorang pengusaha rumah makan juga. Tempatnya usahanya dekat dengan tempat kerjaku.
Beliau juga dekat dengan pemilik rumah makan tempat aku bekerja. Beliaulah juga yang pertama kali mengajariku ketika aku belum tahu tentang pekerjaan di rumah makan. Orangnya penyabar dan sangat baik. Sering mengajak aku jalan-jalan dan makan bersama.
Di tempatku kerja, setiap Hari Sabtu dan Minggu pasti libur. Tapi, tidak dengan rumah makan Bapak Sajam. Ketika aku lagi libur, aku selalu disuruh untuk menjaga kendaraan-kendaraan pembeli atau pengunjung di rumah makan beliau.
Lebih tepatnya jadi Tukang Parkir. Tadinya, aku sedikit gengsi untuk menjalankan hal tersebut. Namun, setelah menjalani ternyata menyenangkan juga. Bagaimana tidak menyenangkan, kerjanya cuma jagain sambil mengatur tempat supaya kendaraan tertata rapi. Yang lebih menyenangkan lagi, aku mendapatkan uang parkir juga dari para memilik kendaraan yang membeli atau berkunjung ke rumah makan tersebut.
Setiap mobil ngasih Dua Ribu, kadang Lima Ribu, sedangkan motor selalu ngasih Seribu. Lumayan, dari pada libur tidak ada kegiatan. Pernah setengah hari aku mendapatkan uang sampai lima puluh ribu, yang bikin aku senang lagi, Bapak Sajam tidak pernah minta bagi hasil, ketika aku berniat untuk membagi hasil pun beliau tidak mau menerima.
Bapak Sajam merupakan salah satu orang yang selalu melekat diingatanku. Karena, aku sangat mengidolakan orang-orang baik seperti beliau. Bagiku, semakin orang itu mempunyai sifat dan sikap yang baik, aku semakin mengidolakannya. Bukan hanya Bapak Sajam, banyak orang lain yang aku idolakan karena kemuliaan akhlaqnya. Salah satu harapanku mengidolakan orang-orang seperti Bapak Sajam adalah supaya aku bisa seperti mereka.
Diajak Berwisata ke Puncak Bogor
Hal ini juga merupakan salah satu kenangan yang masih teringat hingga sekarang. Ya… Pengalaman pertama kerjaku memang membawa banyak kenangan. Waktu itu, keluarga pemilik rumah makan tempat aku kerja mengadakan liburan ke Puncak Bogor.
Perkiraanku, aku akan diamanati untuk menjaga Rumah Makan. Tidak ada pikiran bahwa aku akan diajak. Tapi, aku tidak tahu apa sebabnya hingga aku diajak untuk ikut liburan ke Puncak Bogor. Aku pun dengan senang hati langsung menerima ajakan tersebut. Karena aku sama sekali belum pernah ke Puncak Bogor.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih empat jam, akhirnya sampailah di Puncak Bogor. Di sana aku tinggal di vila kurang lebih satu minggu. Selama di sana aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Hampir setiap tempat wisata yang dekat dengan vila aku kunjungi.
Hingga akhirnya pulang kembali ke jakarta dengan keadaan puas dan senang. Di bilang cape… pasti cape. Tapi, aku sangat senang dengan momen tersebut.
Melanjutkan Pendidikan
Waktu terus berjalan sampai sekitar kurang lebih dua bulan, aku ditelfon Orang Tua untuk pulang. Dengan alasan untuk melanjutkan pendidikan. Sebenarnya, waktu itu aku sudah merasakan nyaman di tempatku kerja. Karena aku sudah bisa beradaptasi dengan pekerjaanku, dan juga karena sudah banyak kenalan.
Namun, aku juga berpikir pendidikan itu penting. Akhirnya, aku pun dengan keadaan sedikit terpaksa minta izin untuk pulang ke pemilik rumah makan tempat aku kerja.
Waktu itu, di kampung juga mau mengadakan hajatan pernikahan kakakku yang pertama. Jadi, mau tidak mau aku harus pulang. Akhirnya, selama kurang lebih dua bulan, aku mengakhiri pekerjaanku di Rumah Makan Seruni.
Pengalaman Adalah Guru Terbaik
Buatku pengalaman adalah guru terbaik. Karena dari pengalaman pertama kerja, aku banyak belajar tentang hidup mandiri, dan pentingnya menjadi orang yang baik. Jika kita baik, pasti akan dipertemukan dan dikumpulkan dengan orang-orang yang baik pula.
Pengalaman pertama kerja juga mengajariku, bahwa pendidikan juga penting, karena pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung memiliki pekerjaan yang lebih layak.